Jumat, 02 Oktober 2015

Cinta Sempurna


"Nak! Lihatlah teman-temanmu yang diusiamu sudah menikah bahkan sudah memiliki anak, lalu kamu kapan nak? Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mu saja, kamu juga butuh teman hidup. Usiamu sudah tidak muda lagi nak," ujar ibuku yang mulai khawatir karena aku belum juga punya pasangan.

Aku menghela nafas panjang dan berusaha tenang untuk menjawab pernyataan serta pertanyaan ibuku.

"Bu, bukan Izha tak ingin punya pasangan, hanya saja Izha sedang memilih laki-laki yang benar-benar serius pada Izha karena Izha tak ingin salah Bu. Bukankah Ibu juga ingin begitu? Agar Izha bisa bahagia nantinya," jawabku perlahan berharap ibuku akan memahami keadaanku.

"Tapi bukan berarti kamu benar-benar tidak memikirkan hal yang satu itu kan nak? Cobalah kamu dandan dan memperbaiki penampilan agar ada lelaki yang tertarik sama kamu, ibu lihat kamu terlalu sibuk dengan pekerjaanmu jadi kamu tidak sempat untuk merapikan penampilanmu nak," ujar ibuku memberi saran yang lumayan membuatku kaget.

Aku kembali menarik nafas, kali ini agak panjang. Aku tahu ibu tidak bermaksud untuk menyampaikan hal itu karena sebenarnya telah banyak laki-laki yang menyukaiku dan ibuku tahu akan hal itu.

"Tentu saja Izha memikirkannya Bu, namun Izha tidak ingin tergesa-gesa Bu dan mungkin belum waktunya untuk Izha menikah Bu. Lagipula cinta itu tidak akan datang hanya karena penampilan, Bu! Jika itu karena penampilan maka bagi Izha laki-laki itu hanya melihat Izha dengan hawa nafsu belaka," ujarku berusaha tetap tenang.

"Iya, ibu mengerti nak. Tapi Ibu lihat teman-teman kamu sudah punya pasangan semua dan tinggal tunangan lalu menikah? Apa kamu tidak kepikiran untuk cari pacar sebelum memutuskan untuk menikah? Biar kamu dan calonmu saling mengenal lebih jauh jadi kan tidak akan salah pilih," desak ibuku agar aku segera fokus untuk hal yang satu ini.

"Bu, pacaran itu tidak menjamin kita akan menemukan seorang laki-laki yang tepat untuk dipilih. Bagi Izha, pacaran itu sama saja dengan hubungan yang masih belum jelas akhirnya dan laki-laki yang mengajak pacaran bukan laki-laki gentleman dan jauh dari rasa tanggung jawab," jawabku berusaha memberikan pengertian pada ibuku.

Ibuku memandangku lekat tepat dikedua bola mataku, dan dari sana terlihat ke khawatiran yang sangat.

"Ibu hanya ingin kamu menikah diusia yang sewajarnya seorang anak perempuan menikah," ujar ibuku menunduk pilu.

Aku merasakan kepiluan ibuku atas keadaanku.

'In syaa Allaah Izha akan menikah sesuai usia normal perempuan untuk menikah Bu. Hanya saja mohon bersabar dulu ya Bu, selain Izha ingin mendapatkan kebahagiaan Izha juga ingin berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan itu dengan cara yang baik menurut Allaah Ta'ala Bu. Bukan Izha tidak ingin mengenal pasangan Izha sebelum menikah, tapi Izha rasa pacaran bukan satu-satunya cara untuk bisa mengenal pasangan kita kan Bu? Bahkan Ibu dan Ayah pun tidak pernah pacaran kan sebelum menikah? Izha ingin menjaga diri Izha untuk pasangan Izha Bu, seperti halnya Ibu yang menjaga diri Ibu untuk Ayah dulu," jelasku sambil menggenggam tangan ibuku lembut.

Ibu kembali mengangkat kepalanya dan menatapku samb tersenyum dan mengangguk perlahan.

"Izha sebenarnya pun ingin segera menikah Bu, namun bukan berarti harus tergesa-gesa kan Bu? Dalam kesendirian ini, biarkan menjadi masa dimana nantinya Izha akan menemukan sebuah cinta yang sempurna. Cinta sempurna yang akan selalu menjaga bukan menodainya dengan kedok bernama pacaran. Biarkan cinta sempurna itu datang dari dia yang akan menjaga Izha dengan meminta kepada Ayah dan Ibu untuk meminang Izha, bukan dia yang datang pada Izha untuk menjalin hubungan pacaran yang bahkan kita tak pernah tahu akhirnya seperti apa. Semua sudah diatur sebaik mungkin Bu oleh Allaah Ta'ala dan semua akan indah pada saatnya," jelasku akhirnya mengukirkan senyuman lebar dan kelegaan untuk ibuku.

"Bu, biarkan aku menemukan cinta sempurnaku. Cinta sempurna yang datang dari Allaah Ta'alah melalui laki-laki yang akan menjadi suami dan Imam dalam rumah tanggaku kelak," bisikku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar