"Bagaimana kabarmu Ara?" tanya seseorang yang baru saja menelponku.
"Aku rasa tidak begitu baik," jawabku lemas.
"Kau kenapa Ra? Ada apa?" tanyanya lagi.
"Biasalah Fin," jawabku malas.
"Ada apa lagi denganmu?" tanya belum juga puas.
"Apa aku harus bercerita semuanya Fin?" kali ini aku bertanya, bukan menjawab.
Aku merasa dadaku sesak saat ini, benar-benar sesak hingga membuat air mataku tiba-tiba saja menetes tanpa izin.
"Sudah, tidak usah kau ceritakan. Aku rasa keadaan saat ini sedang membuatmu merasa sedih, kapan kita bisa bertemu?" tanyanya kembali.
"Lusa aku ada dirumah, kemarilah sekalian menenamiku dirumah," jawabku masih malas.
Aku segera menghapus air mata di pipiku yang sempat terjatuh tadi.
"OK! Baiklah, lusa aku akan kesana," katanya sigap lalu segera menutup telponnya.
Dia adalah sahabat baik sekaligus sahabat spiritualku, semua yang aku rasakan tidak pernah dia lewatkan satu halpun, Dia adalah satu-satunya yang mengerti keadaanku yang penuh dengan kekurangan ini. Dia adalah Fina.
******
"Tenanglah Ara, semua pasti ada hikmahnya. Allaah tidak mungkin memberikan semua ini tanpa alasan Ra. Lagipula Allaah Tahu bahwa kamu mampu untuk melewatinya Ra," ungkap Fina sambil mengelus lembut pungungku yang sedang menangis dipelukannya.
"Fin, boleh ga aku iri sama orang lain? Orang lain yang lebih bahagia dari aku?" tanyaku pada Fina dengan tangisanku.
"Ra, mana kita tahu orang yang bahagia itu benar-benar bahagia. Mungkin saja beban yang dia pikul lebih berat dari bebanmu tapi dia tidak pernah mengeluh jadi yang kamu lihat hanya kebahagiaanya," kata Fina berusaha membesarkan hatiku.
Aku masih menangis.
"Ra, seseorang yang beriman itu pasti akan mendapatkan ujian di dunia ini. Jadi jangan merasa Allaah tidak sayang padamu, justru dengan ini semua Allaah ingin mengatakan bahwa Allaah begitu menyayangimu Ra dan Allaah tidak akan menguji hambaNya melebihi kemampuan hambaNya Ra," kata Fina kali ini agak panjang.
"Berarti aku mampu melewati ini semua ya Fin?" tanyaku masih terisak.
"Pasti mampu Ra, pasti mampu," jawab Fina mantap.
Aku melepaskan pelukann Fina dan menatapnya lekat, aku seperti mendapat kekuatan dari belaian lembut tangannya dan tatapan hangat matanya.
******
"Ara!!!!" seru seseorang memanggilku.
Aku segera menengok kearahnya dan tersenyum senang.
"Ada apa sih?" tanyaku pada temanku yang tadi memanggilku.
"Kamu ini setipa hari semangat banget kuliah Ra, sampe-sampe aku harus mengejarmu sejauh ini," katanya ngos-ngosan setelah berlari menghampiriku.
Aku hanya tersenyum kecil menatap teman satu jurusanku ini.
"Ya harus semangat dong Rin, kan biar kita dapat banyak manfa'at atas ilmu yang kita pelajari Rin," jawabku masih dengan senyum.
"Aku heran padamu, sudah tahu jadwal kuliah kita super duper padat, tapi kok kamu ga da capek-capeknya dan kamu juga ga terlihat terbebani dengan semua tugas dari dosen kita," ungkapnya keheranan.
"Kamu ini Rin, bisa aja kalau ngomong. Semua ini harus kita jalani sebaik mungkin karena ini kesempatan yang mungkin ada membuat kita belajar menjadi seorang yang lebih baik. Bahkan semua resiko dan beban yang kita dapatkan itu adalah cara agar kita bisa belajar dan terus belajar," kataku sok bijak.
Padahal, Rina tak pernah tahu bagaimana keadaanku yang sebenarnya dengan semua ujian yang membuatku harus terus belajar dan belajar. Ujian yang tak jarang membuatku sering meneteskan air mata di depan orang-orang yang sangat aku percaya. Ujian yang lambat laun akan membautku semakin dewasa dan ujian yang suatu hari nanti akan membuatku bersyukur atasnya.
Mereka hanya tau bahagiaku tanpa tahu perjuangan ku untuk melawan keterpurukan ku ketika aku merasa beban ku terasa berat. Mereka hanya tau senyuman bahagiaku tanpa mereka tahu bahwa sebelumnya aku menangis semalaman hingga mungkin membuat mataku sembam.
Namun, aku selalu ingat kata-kata kakakku, "Dek, bersikaplah seolah-olah kita tidak memiliki masalah."
Dan itulah yang aku selalu lakukan agar terlihat bahagia, karena ujian ini tidak lain tak tidak bukan untuk memberikan sebuah pelajaran penting agar kita menjadi insan yang lebih baik dimataNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar