Hari ini aku mendapatkan giliran shift 3 untuk jaga di apotek, seperti biasa saat jam sudah menujukkan pukul 23.30 aku harus mengunci pintu utama dan membuka loket kecil disebelahnya.
Tak selang beberapa lama setelah pintu aku tutup datang, seorang laki-laki yang wajahnya tertutup dengan masker yang ia gunakan. Aku yang berdiri di depan komputer kasir menatap kedatangannya, dia yang berusaha masuk melalui pintu utama menatapku dari luar dan akhirnya aku persilakan dia untuk menuju loket kecil di sebelah pintu utama.
"Oh lewat sini mbak?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Mbak, ada obat batuk Bi*****n untuk batuk berdahak ga?" ujarnya mulai bertanya.
"Bi*****n yang apa?" tanyaku belum menjawab
"Yang untuk batuk berdahak mbak, Bi*****n yang ada mentholnya," jawabnya berusaha menjelaskan..
Aku berfikir tentang obat yang laki-laki ini maksud, akhirnya aku menuju rak obat yang berjejer obat batuk bermerk Bi*****n. Aku mengambil satu obat dan menujukkan dari dekat komputer kasirku.
"Mbak! bisa tolong dibawa kesini ga?" pintanya ingin melihat obat tersebut dan memastikan
Akhirnya aku berjalan menuju loket dimana laki-laki itu berdiri, saat aku melihat kearahnya dia sudah membuka maskernya. Seorang laki-laki yang ternyata masih muda dan terlihat manis, ah tapi bukan masalah manis dan tidaknya laki-laki ini hingga aku mau menuliskan ceritaku tentangnya malam ini.
"Ini untuk batuk berdahak yang dahaknya susah keluar mas," kataku sambil mengulurkan obat batuk Bi*****n yang dia sebutkan tadi,
"Kalau yang udah berdahak bisa pake ini mbak?" tanyanya maemastikan obat batuk ini.
"Ini bisa mas, udah berdahak tapi dahaknya susah keluar," jawabku sedikit menjelaskan.
"Ini ada mentholnya ga mba?" tanyanya belum yakin.
"Ini setahu saya ga ada mentholnya mas, kalau mau yang ada mentholnya bisa pake O** C**** mas," jawabku memberikan pilihan lain.
"Kalau O** C**** ada mentholnya mb?" tanyanya kembali.
"Iya mas, ada," jawabku singkat.
"Boleh deh mbak yang itu saja," pintanya akhirnya memilih O** C****.
Laki-laki yang sedari tadi memegang obat batuk yang pertama kali aku sodorkan akhirnya meletakkan obat itu tepat didepannya dan aku berusaha untuk mengambilnya. Satu hal yang sangat aku ingat malam ini,
"Maaf," kami mengatakannya bersamaan ketika aku akan mengambil obat yang ada di depannya.
Dan yang membuatku semakin kagum dengan laki-laki ini adalah saat dia mengatakan maaf bersamaan dengan tangannya yang melakukan reflek gerakan menjauh dari obat tersebut. Dia melakukan itu untuk menjaga agar tanganku dan tangannya tidak bersentuhan.
Masyaa Allaah, aku yang menganggap dia adalah laki-laki biasa ternyata bisa menghargai seorang wanita yang seperti aku. Ya, aku yang berpenampilan seperti ibu-ibu dengan jilbab lebarku dan dia tidak merasa aneh justru dia terlihat sangat menghargai ku atas perlakuannya padaku malam ini.
Meski yang dia lakukan terlihat sederhana, namun itu adalah hal yang sangat aku sukai dari seorang laki-laki yang mungkin terlihat biasa dari luar tapi begitu pandai menghargai seorang wanita. Sungguh, jarang aku menernui pasien yang bisa bersikap seperti itu selama ini, bahkan mungkin baru dia satu-satunya laki-laki yang melakukan itu padaku.
Ah laki-laki ini membuatku belajar bahwa tidak semua yang terlihat biasa tidak tahu cara menghargai orang lain. Dia membuka mataku bahwa tak seharusnya kita melihat sebelah mata orang yang terlihat biasa.
Terima kasih untuk laki-laki yang entah siapa namanya yang telah menghargaiku malam ini. Alhamdulillaah aku bisa bertemu dengan anda. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar