"Sebarapa lama lagi aku harus menunggumu?" tanyaku terbada kepada seorang laki-laki melalui pesan ponselku.
Dia hanya terdiam tanpa menjawab dan tak sedikitkpun memilki keinginan untuk menjawab pertanyaanku itu..
Dadaku dipenuhi rasa sesak, aku sudah lama sekali mengubur rasa itu unutknya namun hari ini aku tak mengerti kenapa aku justru merasa kalau perasaan itu lebih besar dan lebih hebat dari saat pertama kali rasa itu muncul.
"Aku ingin berhenti sekarang juga, bahkan juka kau tetep meminta ku untuk menunggumu," kataku memutuskan untuk mengakhiri obrolan kami malam ini.
Masih saja tak ada jawaban pasti darinya dan itu membuatku merasa sangat kesal dengannya.
"Memang aku pernah menyuruhmu menungguku? Jika memang kau mau berhenti maka berhentilah, jangan pernah mengarapkanku," jawabnya akhirnya masuk ke ponselku.
Aku tersenyum sinis membaca pesannya, dia masih sama seperti yang dulu, tak pernah berubah.
"Ternyata kau tak berubah sama sekali, masih saja tak memiliki keberanian untuk mengakui hal ini. Apa susahnya datang kepada orang tauku lalu kita membicarakan masa depan kita," desakku mulai marah.
Lama tak mendapatkan balasannya, aku memutuskan untuk pergi tidur dan berusaha untuk tidak memdulikannya seperti dulu.
aku tak pernah memabyangkan akau bertemu dengannya hari ini dan yang lebih tidak bisa aku bayangkan adalah ketika aku merasakan jantungku berdegub kencang hingga membuatku merasa canggung berada disampingnya.
Sangat sangat tidak aku percaya, padahal aku sudah merasa biasa selama hampir 4 tahun terakhir. Terlebih 2 tahun terakhir aku sudah mengagumi seorang laki-laki yang menurutku sangat shalih dan pantas untuk ku jadikan imam dalam hidupku.
*********
"Maafkan aku, aku masih begitu lemah dalam mengandalikan diriku agar tidak mengatakannya. Aku ingin benar-benar berhenti kali ini, maka aku puruskan untuk mengatakan semua itu kepadanya," ungkapku sambil terisak di depan sahabat terbaikku.
"Tapi bukan berarti kamu harus mengatakan itu semua sayang, tidak seharusnya kamu mengatakan itu semua pada seorang laki-laki seperti dia. Seorang laki-laki yang bahkan tidak pantas untuk kau kagumi," ujarnya sambil mengenggam erat tanganku.
"Aku juga tidak mengerti dengan perasaan yang aku rasakan saat ini Ris, aku benar-benar ingin berhenti darinya tapi semakin banyak orang yang berkata bahwa dia bukan laki-laki baik itu membuatku ingin memberontak dan mengatakan bahwa ada sisi lain dari dirinya yang tidak semua orang bisa melihatnya," ungkapku masih ingin mencari pembenaran dengan apa yang telah aku lakukan.
"Zha, bukan aku tak mau kamu bahagia dengan rasa cinta yang sedang kamu rasakan. Hanya saja apakah dengan mengatakan apa yang kamu rasakan padanya itu akan membuat Allaah menjadi ridha dengan rasa cintamu untuknya. Aku tak hanya ingin melihatmu bahagia di dunia dengan cintamu Zha, tapi aku juga ingin kamu bahagia hingga ke syurga bersama dengan orang yang kamu cintai," jelasnya dengan perlahan dan penuh pengertian.
Aku menatap wajah teduhnya yang membuatku merasa bersalah dengan semua yang telah aku lakukan malam ini. senyumnya mengingatkanku bahwa semua yang terjadi pada diriku adalah bentuk ujian dari Allaah atas perasaanku.
Aku tak dapat berakata apa-apa lagi kali ini, yang aku rasakan hanya dadaku sesak dan air mataku menetes lebih deras.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang Ris? Aku benar-benar ingin berhenti dengan perasaan ini dan kembali membuka hatiku untuk laki-laki yang lainnya. Aku merasa benar-benar bersalah atas sikapku yang tak mampu mengendalikan diriku hingga mungkin mengecewakan Allaah. Aku ingin rasa cinta ini hilang dari hatiku agar aku bisa merasakan cinta yang halal," kataku dengan isak tangis yang tak pernah aku harapkan untuk datang.
Risa menatapku lekat dean semakin erat mengenggam tanganku.
"Memohon ampunlah pada Allaah agar Allaah berkenan untuk membuat hatimu hanya terpaut padaNya," saran Risa pada dan jelas.
Aku membalas tatapannya dengan tatapan yang lebih lekat hingga pada akhirnya aku memeluknya dalam tangis ku bersama dengan rasa sesak dadaku.
"Zha, bukan aku tak mau kamu bahagia dengan rasa cinta yang sedang kamu rasakan. Hanya saja apakah dengan mengatakan apa yang kamu rasakan padanya itu akan membuat Allaah menjadi ridha dengan rasa cintamu untuknya. Aku tak hanya ingin melihatmu bahagia di dunia dengan cintamu Zha, tapi aku juga ingin kamu bahagia hingga ke syurga bersama dengan orang yang kamu cintai," jelasnya dengan perlahan dan penuh pengertian.
Aku menatap wajah teduhnya yang membuatku merasa bersalah dengan semua yang telah aku lakukan malam ini. senyumnya mengingatkanku bahwa semua yang terjadi pada diriku adalah bentuk ujian dari Allaah atas perasaanku.
Aku tak dapat berakata apa-apa lagi kali ini, yang aku rasakan hanya dadaku sesak dan air mataku menetes lebih deras.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang Ris? Aku benar-benar ingin berhenti dengan perasaan ini dan kembali membuka hatiku untuk laki-laki yang lainnya. Aku merasa benar-benar bersalah atas sikapku yang tak mampu mengendalikan diriku hingga mungkin mengecewakan Allaah. Aku ingin rasa cinta ini hilang dari hatiku agar aku bisa merasakan cinta yang halal," kataku dengan isak tangis yang tak pernah aku harapkan untuk datang.
Risa menatapku lekat dean semakin erat mengenggam tanganku.
"Memohon ampunlah pada Allaah agar Allaah berkenan untuk membuat hatimu hanya terpaut padaNya," saran Risa pada dan jelas.
Aku membalas tatapannya dengan tatapan yang lebih lekat hingga pada akhirnya aku memeluknya dalam tangis ku bersama dengan rasa sesak dadaku.
********
6 bulan berlalu setelah kejadian saat aku tanpa rasa malu megatakan bahwa aku masih mencintai laki-laki itu. Setelah aku mendapatkan nasehat dari Risa sahabatku, aku bertekad untuk berubah menajdi seorang muslimah seutuhnya yang berusaha untuk menajda izzah dan iffahnya. Seorang muslimah tangguh yang tak kan pernah kenal dengan cinta sebelum halal.
"Kapan nih nyusul aku?" tanya Risa menggodaku.
Aku tersenyum dan menjawab, "Ya kan kamu tahu sendiri belum ada yang datang menghampiriku."
Risa tertawa mendengar jawabanku.
"Nanti deh, aku minta tolong sama suamiku biar bantu kamu untuk menemukan imam impianmu," kata Risa kembali menggoda.
Aku hanya tersenyum dan tak menjawab.
"Gimana? Mau ga? Jangan cuma diem aja," kata Risa semakin menggoda dan menyenggol lenganku dengan lengannya.
Aku menghela nafas dan hanya mengangguk tanpa menjawab.
"Ciyeee, mukanya jadi berubah kayak tomat tuh," sindir Risa terlihat puas karena hari ini mampu membuatku malu.
"Apaan sih Ris, malu tau kedengeran sama tamu yang lain," kataku sambil menyembunyikan muka tomatku.
Risa malah semakin puas karena berhasil membuatku salah tingkah di depannya. Aku masih mengatur sikapku agar aku bisa kembali bersikap biasa.
Risa masih saja tertawa puas dan aku hanya bisa menatapnya sambil tanpa mengatakan apapun, aku menatapnya lekat dan terus mengucapkan rasa syukurku karena Allaah mengaruniakan seorang sahabat yang mampu menjadikan ku seperti ini.
Aku bahagia melihat kebahagiaanya atas pernihakannya hari ini, semoga aku akan bisa segera merasakan kebahagiaan yang Risa rasakan hari ini.
********
"Maafkan aku telah membuatku menunggu begitu lama tanpa memberikan kepastian. Bukan berarti aku tak ingin menghalalkanmu ketika itu, hanya saja aku sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk mempersiapkan pernikahan kita hari ini," jelasnya membuatku tak dapat berkata-kata.
Aku hanya terdiam menatap laki-laki yang saat ini telah menjadi suamiku.
"Jujur Zha, sebenarnya sejak kita dekat aku mulai menyimpan rasa cinta ini untukmu hanya saja aku sadar aku tak sempantas itu untuk menjadi imammu saat itu," ungkapnya terlihat menerawang jauh ke masa lalu.
Aku tersentak dengan apa yang dia katakan.
"Zha, tau kah kamu, aku sempat terluka dengan apa yang sempat kamu katakan dulu bahwa kamu ingin aku menjauh darimu. Itu membuatku hancur berkeping-keping karena saat itu hanya kamulah yang bisa dengan sangat baik mengerti aku, memahami aku, memberikan semangat kepadaku tanpa menyerah sebelum aku akhirnya kembali memilki semangat. Tapi apa dayaku, ketika itu kamu terlihat telah dewasa dan menjadi wanita yang lebih baik jadi aku putuskan untuk merelakanmu menjauh dariku," jelasnya kali ini panjang lebar.
Kali ini dadaku terasa sedikit sesak.
"Dan saat kita bertemu di pernikahan Rasya, aku merasa sangat jauh dari mu karena aku melihatmu menjadi seorang muslimah yang amat cantik dengan keanggunanmu. Namun setelah kamu mengatakan semuanya itu lah yang membuatku memberanikan diri melamarmu 1 bulan lalu," katanya akhirnya menatapku dengan penuh cinta.
Inilah cinta yang aku jaga dari sebuah kenistaan dan dosa, inilah cinta yang aku usahakan ridha Nya dan inilah cinta yang sebenarnya.
Cinta, tak pernah salah mencari tuannya dan cinta tak pernah salah dalam menemukan jalannya pulang selama cinta itu atas dasar mencari ridhaNya.
Ah indahnya cinta.
Aku hanya terdiam menatap laki-laki yang saat ini telah menjadi suamiku.
"Jujur Zha, sebenarnya sejak kita dekat aku mulai menyimpan rasa cinta ini untukmu hanya saja aku sadar aku tak sempantas itu untuk menjadi imammu saat itu," ungkapnya terlihat menerawang jauh ke masa lalu.
Aku tersentak dengan apa yang dia katakan.
"Zha, tau kah kamu, aku sempat terluka dengan apa yang sempat kamu katakan dulu bahwa kamu ingin aku menjauh darimu. Itu membuatku hancur berkeping-keping karena saat itu hanya kamulah yang bisa dengan sangat baik mengerti aku, memahami aku, memberikan semangat kepadaku tanpa menyerah sebelum aku akhirnya kembali memilki semangat. Tapi apa dayaku, ketika itu kamu terlihat telah dewasa dan menjadi wanita yang lebih baik jadi aku putuskan untuk merelakanmu menjauh dariku," jelasnya kali ini panjang lebar.
Kali ini dadaku terasa sedikit sesak.
"Dan saat kita bertemu di pernikahan Rasya, aku merasa sangat jauh dari mu karena aku melihatmu menjadi seorang muslimah yang amat cantik dengan keanggunanmu. Namun setelah kamu mengatakan semuanya itu lah yang membuatku memberanikan diri melamarmu 1 bulan lalu," katanya akhirnya menatapku dengan penuh cinta.
Inilah cinta yang aku jaga dari sebuah kenistaan dan dosa, inilah cinta yang aku usahakan ridha Nya dan inilah cinta yang sebenarnya.
Cinta, tak pernah salah mencari tuannya dan cinta tak pernah salah dalam menemukan jalannya pulang selama cinta itu atas dasar mencari ridhaNya.
Ah indahnya cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar